Pada kehamilan pertama, saya tinggal di rumah mertua. Saya masih belum tahu apa saja tarakan atau pantangan bagi ibu hamil. Saat itu saya suka sekali es krim magnum. Tiap suami pulang kerja, saya selalu minta dibelikan. Nah saat kehamilan memasuki bulan ke-2, kegemaran saya ini ketahuan mertua. Beliau marah-marah. Saya hanya bisa diam, tapi tetap memakan es krim secara sembunyi-sembunyi.
Saat kandungan memasuki trimester 3, badan terasa panas. Inginnya mandi terus, tak peduli jam 12 malam sekalipun. Karena kamar mandi di rumah mertua ada di belakang, jadi harus keluar rumah sendirian sebab kasihan bila membangunkan suami. Usai mandi, saya minum air es di kulkas, bawaanya haus terus.
“Kalau kena asam urat, gimana?” omel mertua.
Beruntung yang ketahuan mertua hanya ritual mandi malamnya. Kalau sampai mertua tahu kalau saya hobi minum es, pasti lebih dimarahi lagi. Susah juga ya ikut mertua. Namun karena ini bentuk sayang mertua, saya diam saja. Ritual mandi malam tetap dilakukan. Siapa sih yang kuat menahan gerah?
Saat memasuki 8 bulan, dari jam 4 sampai jam 8 pagi, saya sakit perut. Rasanya pingin BAB. Akhirnya bolak balik ke kamar mandi. Capek! Kalau bukan lagi di rumah mertua, pasti ngedon di WC. Nah masalahnya mertua meminta saya goreng telur untuk sarapan suami, sedangkan mertua pergi belanja. Saking tak kuasa menahan mules, usai ceplok telur di atas penggorengan, langsung saya tinggal ke kamar mandi. Lagi enak-enaknya jongkok, tiba-tiba ada teriakan yang mengagetkan.
“Nitaaaa ... kamu kemanaaaa?”
Sontak saya lari ke arah dapur karena teringat telur yang belum diangkat dari penggorengan. Niat awal bikin telur mata sapi, yang jadi malah mata hantu. Beruntung amarah mertua reda setelah saya ceritakan apa yang terjadi. Dengan bergegas, mertua malah membawa saya bidan dengan diantar suami.
Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau sudah ada pembukaan 4. Hingga akhirnya pukul 15.15 WIB, saya melahirkan. Sesaat sebelum melahirkan, ada kejadian menarik. Saya berkali-kali minta diantar suami ke kamar mandi, padahal dilarang oleh bidan. Nah saat disuruh mengejan, saya bilang, “Bu Bidan, eek saya mau keluar. Huff, huff, huff ...”
“Tidak apa-apa. Ayo terus mengejan, keluarkan saja kotorannya,” jawab bidan.
Suami saya menangis melihat saya kesakitan.
Saya terus meminta agar diantar ke kamar mandi. Walau demikian, juga terus mengejan hingga bayi yang saya kira eek keluar dengan bobot 2900 gram. Keluarga tidak ada yang mengira kalau bayi saya sebesar itu, dikira prematur karena memang usia kandungannya belum genap 9 bulan.
Melalui pengalaman ini, saya berpesan kepada para calon ibu agar tak perlu takut mengkonsumsi es. Mungkin karena saya sering minum es jadi bayinya besar. Tapi jangan terlalu sering, nanti bisa batuk. Kemudian ibu hamil tidak boleh mandi malam karena dapat menimbulkan rematik. Setelah sebulan pasca melahirkan, kaki saya sakit sekali bila dipakai jalan. Akhirnya tiap hari dikasih parutan jahe sama suami. Beruntung sekarang normal kembali.
Dimuat dalam buku Nikmatnya Jadi Ibu (27 Aksara, 2015)
Penulis: Nita, berkelahiran di Malang, 25 April 1991. Ibu rumah tangga ini tinggal di DS. Kebobang RT.1 RW.1 Kec. Wonosari/ Gunung Kawi Kab. Malang, Jawa Timur.
Nita |
0 komentar:
Post a Comment