Pada 14 November 2004, aku memutuskan untuk berpacaran dengan lelaki yang sekarang sudah menjadi suamiku. Perjalanan cinta kami mulus, sering putus-sambung tapi mampu bertahan hingga 10 tahun. Ketika usiaku sudah 22 tahun, kami memutuskan untuk segera melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius. Lalu pada 14 Februari 2013, aku bertunangan dengannya dan menikah 30 November 2013.
Hingga bulan ke-3 setelah pernikahan, kurasakan ada yang berbeda. Aku sering pusing, badanku bak terus-menerus masuk angin.
Suami berujar, “Mungkin hamil, Bun?"
Aku pun ragu karena belum telat. Jadi kutunggu hingga seminggu kemudian, bila belum juga datang bulan maka akan kutes pakai testpack.
Masa itu tiba. Sebelumnya kami membuat komitmen bahwa jika hasilnya positif, aku hanya inginkan rumah tangga kami kian harmonis dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Syukurlah hasilnya adalah 2 garis merah. Aku pun terharu dan menangis di hadapan suami. Insyaallah aku akan menjaga amanah ini.
Selama hamil, aku masih bekerja karena merasa sanggup menjalaninya. Aku juga ingin membantu dalam perekonomian keluarga. Selain untuk ditabung, juga untuk belanja sendiri. Jadi meskipun kurasakan mual-muntah dan pusing, tapi aku tetap semangat bekerja. Beruntung kehamilanku tak begitu merepotkan. Makanku juga banyak, maka tidak heran bila setiap bulan berat badanku selalu naik 2-3 Kg.
Soal ngidam, pertama kali sekali aku ingin punya HP Samsung Core. Malam-malam, kami pun pergi ke carefour untuk membelinya. Sayangnya setelah beberapa minggu kupakai, kepalaku malah pusing hingga akhirnya kuputuskan ganti ponsel.
Ada peristiwa yang membuat suami menangis sedih. Kala itu usia kandungan sudah 3 bulan. Saat kurasakan mual dan rasanya mau muntah, dengan segera aku lari ke kamar mandi. Saking tidak tahannya, kumuntahkan di lantai depan kamar mandi. Sialnya aku terpeleset muntahanku sendiri. Serta merta suami menghampiri dan menyelamatkanku sambil menangis.
“Yaa Allah ... kenapa bisa begini sih, Nda?”
Aku pun juga menangis karena kesakitan. Alhamdullilah tidak keluar darah. Aku takut sekali jika keguguran. Lalu keesokan harinya, aku pergi ke RS Eva Sari agar diperiksa via USG. Hasilnya janinku tidak kenapa-kenapa, detak jantungnya juga normal.
Lalu suami saya memutuskan agar kami tinggal bersama orang tuanya karena rumah yang sekarang hanya ada kamar di atas. Suami tidak mau ambil resiko karena akhirnya aku mesti naik turun tangga tiap hari. Akhirnya kuikuti permintaannya. Hari demi hari kujalani tinggal bersama mertua. Alhamdullilah mereka baik, aku sudah dianggap sebagai anak sendiri. Bahkan selalu dibekali makanan setiap berangkat kerja. Tentu mereka sangat menanti cucu dari anak kesayangannya.
Setelah 6 bulan lebih, kuputuskan berhenti kerja sebab sudah merasa mudah letih nan capek. Aku lalu rutin ikut senam hamil. Nah, ketika kontrol di RS Eva Sari dan di-USG untuk yang ke-2 kalinya, baru kuketahui bahwa anak dalam kandunganku adalah laki-laki. Apapun yang Allah berikan untuk kami, pastinya kami bahagia.
Suatu hari di usia kandungan 9 bulan, aku mengeluarkan darah dari kemaluan. Tidak terlalu banyak sih, tapi langsung mengeceknya ke puskesmas. Bidan bilang belum ada pembukaan sehingga kuputuskan untuk pulang lagi. Malam harinya, perutku mulas sekali, setiap 10 menit aku terbangun dari tidur. Kemudian paginya ketuban pun pecah.
Rasa sakit perut terasa tiap 5 menit sekali. Dengan diantar suami aku kembali ke puskesmas. Kata Bidan sudah pembukaan 2. Oleh karena denyut jantung janinnya lemah, aku dirujuk ke RS Budi Kemuliaan.
Tepat pada 22 Oktober pukul 00.00, ketika aku sedang mulas-mulasnya, suami mengucapkan, “Selamat ulang tahun, Bunda ... Semangat! Bunda pasti bisa!”
Itulah yang menguatkanku.
Setelah perjuangan keras, akhirnya jam 3 dini hari terdengar jeritan bayi. Itu adalah anak laki-laki kami, terlahir pada tanggal yang sama di hari ulang tahunku. Yaa Allah ... ini kado terindah yang Allah berikan. Kami menamainya Daffa Farzan Mikhail, lahir dengan berat 2850 gram dan panjang 49 cm. Alhamdullilah anakku sehat dan banyak yang bilang mirip bundanya. Semoga Allah jadikan anak kami sebagai anak sholeh serta berguna bagi nusa, bangsa serta agama. Amin.
Dimuat dalam buku Nikmatya Jadi Ibu (27 Aksara, 2015)
Penulis: Nurul Fadilah, ibu rumah tangga dengan akun facebook Daffa Farzan Mikhail ini berkelahiran Jakarta 22 Oktober 1991. Ibu muda yang hobi menyanyi ini meneta[ di jalan Temugiring Kel. Kayu Putih, Jakarta Timur
Nurul Fadilah |
0 komentar:
Post a Comment