Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut (Wikipedia).
Umur Rizieq sudah satu tahun. Lantas selama satu tahun tersebut imunisasi apa saja yang sudah saya berikan pada Rizieq? Jawabannya belum satu pun.
Sebagai seorang ibu, tentu saja saya menginginkan segala sesuatu yang terbaik untuk Rizieq, termasuk yang berkaitan dengan kesehatannya. Seperti ibu pada umumnya, setelah melahirkan saya mulai mencari tahu tentang imunisasi serta menentukan tempat dimana ia akan divaksinasi.
Berikut ini adalah jenis imunisasi yang seharusnya diberikan:
Tetapi, akhir-akhir ini beredar isu yang kemudian membuat saya ragu untuk mengimunisasi bayi saya. Mulai dari vaksin berbahaya, dibuat dari janin bayi, mengandung racun, lemak babi, mengakibatkan autisme atau bahkan sampai menimbulkan kematian.
Ketika saya berkonsultasi dengan mama, dikatakan pula bahwa saya sendiri tidak diimunisasi lengkap saat bayi dan balita. Juga ketika suami saya menanyakan perihal imunisasi pada 2 Ustadz-nya. Tidak satu pun yang memperbolehkan imunisasi. Karena imunisasi sendiri diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh. Maka, atas pertimbangan itulah, suami akhirnya memutuskan untuk tidak memberi imunisasi pada bayi saya. Dan sejauh ini (saya berharap sepanjang hidupnya nanti) Rizieq tumbuh sehat, kuat, dan ceria.
Semua kembali kepada orangtua. Karena kekurangan ilmu, tentu saya tidak bisa melarang atau memperbolehkan imunisasi secara frontal. Saya hanya mengikuti apa yang saya dan suami yakini sambil terus berdoa agar tanpa imunisasi sekali pun, anak kami bisa sehat wal afiat, cerdas, dan hidupnya bermanfaat.
Imunisasi yang diwajibkan pemerintah |
Imunisasi tambahan yang dianjurkan pemerintah |
Tetapi, akhir-akhir ini beredar isu yang kemudian membuat saya ragu untuk mengimunisasi bayi saya. Mulai dari vaksin berbahaya, dibuat dari janin bayi, mengandung racun, lemak babi, mengakibatkan autisme atau bahkan sampai menimbulkan kematian.
Ketika saya berkonsultasi dengan mama, dikatakan pula bahwa saya sendiri tidak diimunisasi lengkap saat bayi dan balita. Juga ketika suami saya menanyakan perihal imunisasi pada 2 Ustadz-nya. Tidak satu pun yang memperbolehkan imunisasi. Karena imunisasi sendiri diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh. Maka, atas pertimbangan itulah, suami akhirnya memutuskan untuk tidak memberi imunisasi pada bayi saya. Dan sejauh ini (saya berharap sepanjang hidupnya nanti) Rizieq tumbuh sehat, kuat, dan ceria.
Semua kembali kepada orangtua. Karena kekurangan ilmu, tentu saya tidak bisa melarang atau memperbolehkan imunisasi secara frontal. Saya hanya mengikuti apa yang saya dan suami yakini sambil terus berdoa agar tanpa imunisasi sekali pun, anak kami bisa sehat wal afiat, cerdas, dan hidupnya bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment