Kehamilanku dengan Kista Ovarium dan Plasenta Previa Totalis

Duh, tak terbayang betapa bahagianya waktu tahu aku hamil. Begitu penuh onak duri waktu yang sekian lamanya harus kulalui. Apalagi pada tahun 2007, saat periksa ke dokter spesialis ginekologi, aku didiagnosa mengidap kista coklat dan sudah besar di kanan-kiri ovariumku. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi. Tapi aku belum berani, hanya terus mencoba pengobatan alternatif. Sampai akhirnya bosan dan jatuh dalam kepasrahan. 

Di April 2013, rasanya sudah 4 – 6 hari aku telat menstruasi. Aku masih belum juga melakukan tes kehamilan. Teman di kantor sudah memotivasi agar aku segera beli testpack. Tapi belum juga terbeli karena dulu sudah terlalu sering kulakukan dan hasilnya selalu negatif. Pada hari ketujuh jam 2 siang, aku pulang kantor lebih awal dari hari biasanya. Sabtu itu aku dipaksa teman lagi untuk beli testpack kehamilan. Akhirnya kuturuti, membelokkan motor ke apotek dan membeli yang paling murah. 

Ternyata hasilnya 2 garis merah. Positif! Aku termangu, belum sepenuhnya percaya. Kuambil telpon genggam, menelepon suami untuk meminta tolong dibelikan alat tes kehamilan yang paling mahal dan lebih akurat. Segera kutes lagi saat suami tiba. Lagi-lagi hasilnya 2 garis merah. Dua alat test itu kuserahkan pada suami. 

“Alhamdulillah Yaa Allah ...” kata suamiku dengan mata berkaca-kaca.

Hari Senin, aku mendaftarkan diri untuk periksa di salah satu klinik dokter kandungan di kotaku. Saat namaku dipanggil, aku masuk ke ruangan periksa lalu menceritakan semuanya. Dokter segera melakukan USG. Dari penjelasan dokter, aku memang positif hamil karena sudah terlihat kantong kehamilan di rahimku. Tapi dokter berpesan agar aku berhati-hati karena masih mengidap kista. Sewaktu-waktu jika kehamilanku bertambah besar, kista bisa terpluntir atau bahkan bisa pecah. Aku harus rajin memeriksakan diri. 

Seiring berjalannya waktu, aku masih tetap menjalankan aktivitas sehari-hari, yakni pergi ke kantor. Masih sering juga ke luar kota untuk konsul proposal tesis karena memang sedang meneruskan pendidikan. Sebulan sekali aku juga periksa ke dokter, hasilnya luar biasa. Janinku baik-baik saja meski harus berdesakan dengan kista. Kistanya juga tidak bertambah besar. Padahal biasanya ada kista yang ikut membesar seiring dengan membesarnya janin dalam rahim.

Di Juni 2013, bolak balik aku ke luar kota. Selain konsul proposal tesis, juga mengurus administrasi seminar dengan perjalanan yang cukup melelahkan dan kondisi jalan yang tidak bagus. Di kampus pun masih harus naik-turun tangga demi menemui pembimbing. Belum lagi minta tanda tangan pembimbing, menggandakan proposal, nyebar undangan ke penguji. Ah, sampai rumah alhasil letih sekali. Aku pun flek-flek. 

Bersama suami, aku langsung periksa ke dokter kandungan karena khawatir dengan perdarahan yang terjadi. Aku diagnosa Abortus Immines, keguguran awal yang masih dapat dipertahankan. Lemas seketika badan ini saat mendengarnya. Aku diberi obat dan dianjurkan bedrest. Namun esok harinya terpaksa aku tetap maju ujian proposal tesis, benar-benar dengan hati-hati sekali. Setelah 2 minggu bedrest, kehamilanku dapat terus berjalan.

Ketika Juli 2013, seiring bertambah usia kehamilan, semakin nyaman pula aku dengan kehamilan ini. Walau masih bisa bekerja seperti biasa, oleh suami aku diminta cuti kuliah 1 tahun. Demi si buah hati, aku menurut. Si baby di dalam rahim juga tumbuh dengan baik. Bahkan dokter mengatakan bahwa janinku terhitung gemuk. Happy rasanya.

Nah ... Senin, 25 November 2014, aku habis mudik ke tempat ibu. Mungkin kecapaian hingga perut bagian bawah terasa nyeri semalaman. Tapi masih kutahan karena berpikir usia kehamilan baru 8 bulan atau 36 minggu. Pagi itu, aku masih berangkat ke kantor, ada jadwal penyerahan mahasiswa praktik di RSUD Dr. Soedjati Purwodadi Grobogan. Karena dekat, aku berangkat naik motor. Tapi saat acara, nyeri perut semakin terasa. Di akhir acara, aku segera balik ke kantor. 

Rasanya perut bagian bawahku ini semakin nyeri. Kuhubungi suami minta dijemput. Kami lalu berangkat memeriksakanku ke dokter. Dokter bilang aku harus segera dioperasi karena kista yang ada di rahimku tertekan oleh janin dan karena adanya ari-ari yang menutup jalan lahir (plasenta previa totalis) sehingga tidak mungkin bisa melahirkan secara normal. Mendengarnya, perasaan ini campur aduk! Kami lalu pulang dulu untuk ngurus surat cuti serta persiapan untuk masuk rumah sakit. 

Setelah semua siap, diantar suami aku masuk IGD. Setelah diperiksa kemudian diantar lagi untuk masuk ruang bersalin. Dilakukan ini-itu sebagai tindakan untuk persiapan operasi sectio caesaria (SC) besok paginya. Hingga Selasa, 26 November 2014, aku pun masuk ruang operasi. Alhamdulillah ... lahir juga anak yang kami tunggu. Laki-laki, ganteng, beratnya 2600 gram dengan panjang 48 cm. Bayinya normal walau harus dilahirkan di usia kehamilan 36 minggu.

Bahagia rasanya aku beserta keluargaku. Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa. 

Bagi ibu-ibu penderita kista, jangan patah semangat karena perlu waktu lama untuk mendapatkan buah hati. Pasrahkan saja, ikhlas dan terus berusaha. Ketika hamil juga harus rajin periksa ke tenaga kesehatan, terutama dokter. Dengan demikian akan selalu ada pengawasan demi kebaikan masa kehamilan.

Dimuat dalam buku Nikmatnya Jadi Ibu (27 Aksara, 2015)

Penulis: Sri Martini, S.Si.T , M.Kes., dilahirkan di Gubug Grobogan tanggal 22 September 1976, istri dari Abdul Harits, ST., putri kedua dari 4 bersaudara Alm. Soetardjo. Penulis adalah seorang ibu dari Muhammad Aditya yang lahir pada tanggal 26 November 2013 yang cerita saat kehamilannya tertuang dalam buku ini. Penulis selain sebagai ibu rumah tangga juga bekerja sebagai dosen di Akademi Kebidanan An Nur Purwodadi. Penulis menyelesaikan studi dari Akbid Depkes Magelang tahun 2001, Gelar Sarjana Science Terapan diperoleh pada tahun 2003. Gelar Magister Kesehatan baru saja diselesaikan pada 2014. Penulis adalah seorang yang gemar membaca, penyuka seni terutama singing. Penulis ingin terus mengembangkan kemampuannya menulis karena bercita-cita ingin membuat buku terutama buku-buku tentang kesehatan. Penulis sekarang tinggal di Perum Griya Alam Recidence Blok B2 Sukorejo Toroh Grobogan Jateng.

Sri Martini

NewerStories OlderStories Home

1 comment:

  1. Alhamdulillahhh.....
    senang, sdih, juga terharu baca postingannya, mak.... ^_^

    ReplyDelete