Ketika keluar dari toko semalam, saya melihat kabut asap menutupi sebagian jalan. Sepanjang perjalanan pulang, yang saya rasakan kemudian adalah rasa perih di mata dan sakit di tenggorokan. Beberapa kali saya terbatuk lalu memutuskan untuk menutupi hidung dan mulut dengan bagian depan jilbab yang saya kenakan. Saya memang tak menyiapkan masker, karena biasanya kabut asap tidak begitu tebal di malam hari.
Saya jadi teringat si kecil dan bersyukur karena ia telah pulang lebih awal bersama neneknya. Kemudian ingatan itu merambat ke batuk yang dideritanya dua minggu terakhir ini. Pantas saja, batuk itu seakan tak mau menjauh. Baru mau sembuh, lalu kumat lagi. Terutama di malam hari. Si kecil jadi gelisah saat tidur dan kerap muntah setelah menyusu.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sebagian daerah Sumsel tahun ini terasa sangat mengkhawatirkan. Kabut asap membuat jarak pandang menjadi terbatas, resiko kecelakaan meningkat. Selain itu, kualitas udara yang masuk kategori sangat tidak sehat, menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Khususnya bagi penderita gangguan paru dan jantung, lansia, serta anak-anak.
Ketika saya membawa si kecil berobat ke dokter umum beberapa waktu lalu, pasien di sana pun sebagian besar adalah anak-anak dengan keluhan batuk dan pilek. Memang, dari sekian banyak dampak kabut asap bagi kesehatan, yang paling umum adalah iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta peradangan dan infeksi. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi mudah terjadi karena tidak seimbangnya daya tahan tubuh, pola bakteri/virus penyebab penyakit, serta buruknya lingkungan.
Untuk mengantisipasi si kecil dari dampak kabut asap yang membahayakan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Kurangi aktivitas di luar rumah
2. Jika memang terpaksa ke luar, pakailah kacamata agar tidak perih dan masker untuk menyaring udara yang dihisap
3. Jangan sampai si kecil kurang cairan
4. Jaga asupan gizinya
5. Istirahat yang cukup
6. Jauhkan dari asap rokok
7. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke rumah misalnya dengan membuka pintu dan jendela di pagi hari
8. Lindungi penampungan air minum dan penyimpanan makanan
9. Cuci buah-buahan sebelum di konsumsi
10. Bahan makanan dan minuman yang dimasak, masaklah dengan baik
Mudah-mudahan 10 hal tersebut bisa membantu menjauhkan anak kita dari polusi udara yang semakin tinggi tingkat pencemarannya. Mari kita berdoa semoga kabut asap cepat berlalu dan udara kembali bersih seperti dulu.
Saya jadi teringat si kecil dan bersyukur karena ia telah pulang lebih awal bersama neneknya. Kemudian ingatan itu merambat ke batuk yang dideritanya dua minggu terakhir ini. Pantas saja, batuk itu seakan tak mau menjauh. Baru mau sembuh, lalu kumat lagi. Terutama di malam hari. Si kecil jadi gelisah saat tidur dan kerap muntah setelah menyusu.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sebagian daerah Sumsel tahun ini terasa sangat mengkhawatirkan. Kabut asap membuat jarak pandang menjadi terbatas, resiko kecelakaan meningkat. Selain itu, kualitas udara yang masuk kategori sangat tidak sehat, menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Khususnya bagi penderita gangguan paru dan jantung, lansia, serta anak-anak.
Ketika saya membawa si kecil berobat ke dokter umum beberapa waktu lalu, pasien di sana pun sebagian besar adalah anak-anak dengan keluhan batuk dan pilek. Memang, dari sekian banyak dampak kabut asap bagi kesehatan, yang paling umum adalah iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta peradangan dan infeksi. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi mudah terjadi karena tidak seimbangnya daya tahan tubuh, pola bakteri/virus penyebab penyakit, serta buruknya lingkungan.
Untuk mengantisipasi si kecil dari dampak kabut asap yang membahayakan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Kurangi aktivitas di luar rumah
2. Jika memang terpaksa ke luar, pakailah kacamata agar tidak perih dan masker untuk menyaring udara yang dihisap
![]() |
Si kecil pakai kacamata |
4. Jaga asupan gizinya
5. Istirahat yang cukup
6. Jauhkan dari asap rokok
7. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke rumah misalnya dengan membuka pintu dan jendela di pagi hari
8. Lindungi penampungan air minum dan penyimpanan makanan
9. Cuci buah-buahan sebelum di konsumsi
10. Bahan makanan dan minuman yang dimasak, masaklah dengan baik
Mudah-mudahan 10 hal tersebut bisa membantu menjauhkan anak kita dari polusi udara yang semakin tinggi tingkat pencemarannya. Mari kita berdoa semoga kabut asap cepat berlalu dan udara kembali bersih seperti dulu.
0 komentar:
Post a Comment