Rasa Sakit Berbuah Manis

Aku menikah tanggal 10 Juni 2013 pada usia ke-20 tahun. Setahun kemudian, aku mengandung anak pertama. Sebelum tahu kalau hamil, aku sering mual-muntah dan sakit kepala. Akhirnya kuputuskan periksa ke dokter kandungan. Oleh dr. Suhendri yang beralamat di Tanjung Pandan Belitung Barat, usia kandunganku dinyatakan sudah 2 bulan. Aku, suami dan seluruh keluarga besar sangat senang dan bahagia. Ini calon anak dan cucu pertama di keluarga besar kami. 

Saat usia kandunganku 3 bulan, aku mulai tidak nafsu makan atau minum. Terlebih nasi, mencium baunya saja membuat mual-muntah. Air juga tidak bisa masuk ke dalam perut. Aku mulai resah, bagaimana dengan kondisi janinku kalau terus seperti ini? Akhirnya kupaksakan meski setelah masuk harus kumuntahkan lagi dan lagi. Begitulah seterusnya, hingga aku harus menginap selama 3 hari di rumah sakit. Aku ketergantungan obat anti mual dari dokter. 

Dalam kondisi lemas, aku masih harus bekerja di salah satu perusahaan Belitung. Karena sering tidak masuk kerja, peringatan datang berkali-kali. Aku terpaksa bekerja sebab kebutuhan hidup harus dipenuhi, apalagi kami sudah punya calon buah hati. Hati ini berat untuk berhenti bekerja, jadi tetap kulakukan walaupun keadaan hampir tak berdaya. 

Keadaan itu diperburuk dengan penyakit cacar api yang menyerangku. Aku semakin khawatir dengan kondisi janinku yang baru 4 bulan. Tubuh terasa panas bak dibakar, begitu menyakitkan sekaligus gatal. Aku terus berobat tanpa putus asa. Setelah 2 minggu terbaring sakit hingga berat badan turun 11 Kg, akhirnya saya sembuh dan Alhamdulillah dokter menyatakan janinku baik-baik saja. 

Menginjak usia kandungan yang ke-7 bulan, aku sudah bisa makan dan minum sedikit demi sedikit meskipun masih mengkonsumsi obat anti mual. Aku pun mempersiapkan kelahiran sang buah hati, menjaga diri dengan cara berjalan pelan dan tidak terlalu jauh tiap subuh dan selepas kerja. Juga sering jongkok ringan untuk mengendorkan otot-otot jalan lahir. 

Ketika usia kandungan sudah 9 bulan lebih 11 hari, di jam 5 pagi kurasa ngilu pada perut. Baru kuindahkan ketika rasa ngilu kurasa tiap 10 menit. Jadi tepat jam 1 siang, kuhubungi bidan. Setelah diperiksa, ternyata sudah bukaan satu. Karena masih kuat jadi kuputuskan untuk tetap di rumah saja. 

Setelah rasa sakitnya kian sering, yakni dirasa tiap 2 menit sekali, pada pukul 16.10 WIB, aku kembali diantar suami pergi ke bidan. Butuh waktu setengah jam untuk sampai tiba di tempat tujuan. Ternyata sudah bukaan 4. Sakitnya terus menerus dirasa, hampir tak ada jeda bahkan bidan tidak sempat memeriksa detak jantung janinku. Kemudian pada pukul 18.18 WIB tanggal 19 April 2014, anak kami lahir. 

Sujud syukur tak lupa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keselamatan padaku dan bayi kami. Tangis haru dan bahagia terlihat dari semua keluarga kami. Walau sewaktu hamil penuh cobaan dan air mata, fase-fase terlewati dengan baik dan rasa sakitnya tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan kebahagiaan karena kehadiran sang buah hati yang telah dinanti. Tidak semua wanita beruntung mendapatkan keturunan, oleh karenanya sayangilah janin dalam kandungan dan lawan segala cobaan serta rasa sakit itu. Tetap semangat dan terus berdoa. 

Terima kasih Yaa Allah ... telah Engkau beri anugerah terindah yaitu seorang bidadari bernama Laesa Kurnia Nengsih.

Semoga kisah ini bermanfaat. Salam sayang dari saya, Lisnawati. 

Langang, Belitung Timur
30 Januari 2015

Dimuat dalam buku Nikmatnya Jadi Ibu (27 Aksara, 2015)
Penulis: Lisnawati, lahir di Tanjung Pandan, 01 September 1992. Karyawan swasta yang gemar menyanyi ini beralamat di jalan Tengah Dusun Langkang Desa Lintang RT. 25 RW. 6 Kec. Simpang Renggiang Kab. Belitung Timur Prov. Bangka Belitung. Ia bisa dihubungi di akun facebook Lisnade Selalu Dihati.
Lisnawati
NewerStories OlderStories Home

0 komentar:

Post a Comment