Malam itu tepat jam 3 dini hari, bertepatan dengan waktunya orang bangun makan sahur, aku melahirkan seorang gadis mungil. Semua rasa sakit yang kurasa sejak ba'da maghrib, hilang berganti rasa bahagia yang tiada terkira. Aku dan bayiku kemudian dibersihkan, tapi tidak dimandikan karena hari masih terlalu malam untuk mandi. Setelah bersih, aku disarankan untuk memberikan ASI. Namun betapa sedih hatiku, yang keluar hanya setetes. Aku tetap berusaha memberikan puting susu pada bayiku, dengan harapan bila terus dihisap bayi maka akan memancing ASI keluar dengan lancar. Tapi ternyata sampai siang pun, ASI tetap tidak mau keluar.
Hari berganti malam. Aku masih berharap dapat memberikan ASI eksklusif pada bayiku, tapi semua usahaku tak membuahkan hasil. Bayiku menangis tak berhenti, mungkin karena haus. Sedih hatiku, sayangnya tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya suami pergi mencari susu formula. Bayiku lalu berhenti menangis setelah minum pengganti ASI tadi.
Dalam hati, aku menangis dan bertanya-tanya, “Apakah aku melakukan kesalahan sehingga ASI tak mau keluar?”
Beberapa hari setelah itu, kondisi tidak banyak berubah. ASI hanya mau keluar sedikit saja, padahal payudaraku sudah membesar dan tegang. Tetangga yang datang menjenguk banyak memberikn saran, mulai dari harus begini-begitu, makan ini-itu, semua kucoba. Memang semakin lama ASI sudah mau keluar, namun hanya sedikit. Bayiku masih harus tetap minum susu formula agar tidak menangis terus.
Orang bilang, lidah bayi itu tajam dan itu sangat kurasakan. Terlebih untuk puting kananku. Karena bentuknya kecil, bayiku harus menghisap ASI dengan sangat kuatnya. Aku harus menahan rasa sakit dengan menghentakkan gigiku. Akhirnya karena tidak kuat sakitnya, kusambung puting kananku dengan dot. Jadi kalau bayiku mau menyusu, kutempelkan dot itu ke puting, baru bayiku menyedotnya. Saat itu ASI sudah mau keluar, tapi jumlahnya tetap tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ia masih tetap harus diberi susu formula, terlebih di malam hari.
Suatu hari, tiba-tiba badanku menggigil dan panas. Ini efek dari menahan rasa sakit di puting susu. Mamah saja heran kenapa putingku bisa luka padahal sudah disambung dot. Setelah aku minum obat dari bidan, yang kurasa adalah ASI mulai berkurang kembali. Sakitku ternyata tidak hanya sekali. Hingga sakit yang ketiga kalinya, aku tak mau minum obat lagi. Kubiarkan saja hingga sembuh sendiri. Memang menyiksa, tapi lebih menyiksa lagi kalau kurasakan ASI berkurang.
Kondisi menahan sakit saat menyusui ini berlangsung hingga hampir 2 bulan. Walaupun sakit, aku kekeuh memberikan ASI. Aku tidak mau kalau bayiku hanya minum dari botol. Untungnya, bayiku sangat pengertian. Dia tetap mau minum ASI walau juga minum susu formula. Padahal kebanyakan bayi yang kalau sudah diberi susu formula, tidak mau lagi minum ASI.
Perlahan tapi pasti, aku mulai menambah porsi makanku. Secara perlahan pula luka di puting kanan mulai sembuh. Kemudian aku memberanikan diri memberikan ASI langsung tanpa bantuan dot. Awalnya terasa sakit, tapi lama-lama aku bisa menyusui seperti biasa. Berkat perjuangan dan usahaku memperbanyak ASI, Alhamdulillah kini ASI melimpah. Aku tidak harus memberikan susu formula lagi pada anakku. Ternyata menambah porsi makan efektif untuk memperbanyak ASI.
Memang sewaktu belum menikah bahkan saat hamil, makanku sangat sedikit. Mamah dan keluargaku sering menyebut makananku sebagai makanan kucing saking sedikitnya. Kini demi anakku, porsi makan bertambah 3 sampai 5 kali lipat. Kalau timbul rasa lapar jam berapapun itu, kapanpun itu, aku langsung makan! Padahal dulu, tidak pernah sarapan nasi. Tapi sekarang, tidak bisa kerja apa-apa kalau belum makan.
Kini putriku berumur 6 bulan. Adzkia Saufa Ramadhani namanya. Semoga menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Dimuat dalam buku Nikmatnya Jadi Ibu (27 Aksara, 2015)
Penulis: Hermawati, guru honor dengan akun facebook Erly ThepowerofLove ini lahir di Maluku Tengah, 02 Desember 1986. Ia tinggal di Desa Wonosari, Kec. Seram Utara Timur Seti, Kab. Maluku Tengah. Hobinya membaca buku.
|
Hermawati |